Spread the love

Proses pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting untuk dilakukan. Periode 1.000 hari pertama kehidupan akan sangat mempengaruhi perkembangan anak di periode selanjutnya. Oleh karena itu, pemberian nutrisi saat berada dalam kandungan hingga anak usia 2 tahun perlu diperhatikan dan direncanakan dengan sangat baik.

(oleh : Sri Wartini, S.Kep.Ners – Perawat di RS Kuala Pembuang, Kalimantan Tengah)

Salah satu bagian penting dalam pemberian nutrisi selama pertumbuhan dan perkembangan bayi adalah program pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Air Susu Ibu Eksklusif merupakan ASI yang penuh dengan nutrisi dan dianjurkan untuk dikonsumsi bayi selama 6  bulan setelah lahir. ASI Eksklusif diberikan kepada bayi tanpa fortifikasi bahan apapun, serta tidak dapat digantikan oleh bahan makanan atau minuman lain dikarenakan fungsinya yang sangat penting.

Pemberian ASI memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak dikarenakan manfaatnya sebagai sumber gizi yang ideal, jembatan dalam transfer kekebalan imunitas dari ibu, serta meningkatkan bounding (ikatan) antara ibu dan anak. Pemberian ASI Eksklusif juga bermanfaat bagi ibu dalam mencegah kanker payudara, pendarahan pasca persalinan, memperkecil ukuran rahim, hingga fungsi kontrasepsi sementara.

Namun terdapat masalah yang sering ditemui dalam pemberian ASI eksklusif oleh ibu kepada bayi yang baru lahir. Oleh karena masalah tersebut, pemberian ASI Eksklusif dapat menjadi terhambat sehingga mempengaruhi dampak pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini terbukti dari cakupan pemberian ASI Eksklusif di Indonesia masih rendah. Melalui hal tersebut, tentu dapat dipahami bahwa diperlukan sebuah pengkajian dan perencanaan bagi penyelesaian masalah dalam program pemberian ASI Eksklusif, sehingga meningkatkan presentase pemberian ASI Eksklusif di Indonesia.

Asuhan keperawatan bertujuan untuk mengkaji permasalahan dan melakukan perencanaan dalam penyelesaian masalah umum yang terjadi ketika menyusui. Asuhan keperawatan akan berfokus untuk membantu pemberian ASI Eksklusif agar sampai kepada bayi serta memberikan dampak pertumbuhan yang baik. Diantara masalah yang sering ditemui tersebut adalah kurangnya informasi terkait pemberian ASI, masalah fisik pada ibu, sindrom ASI kurang, serta ibu-ibu yang bekerja sehingga mengambat pemberian ASI

Salah satu masalah dalam program pemberian ASI Eksklusif adalah kurangnya informasi. Keputusan pemberian ASI Eksklusif biasanya akan dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga. Pemberian makanan pengganti seperti susu formula biasanya akan menjadi output dari kurangnya informasi dalam pemberian ASI. Asuhan keperawatan haruslah bertindak dalam menghentikan seluruh makanan pengganti yang diberikan pada bayi, serta kembali menggunakan ASI ibu selama enam bulan kedepan. Perawat harus memberikan edukasi terkait pemberian ASI Eksklusif yang tepat, dan sebisa mungkin mengawasi tindakan yang diambil oleh ibu atau keluarga setelah proses edukasi.

Masalah lain yang mendasari penghentian pemberian ASI Eksklusif adalah adanya masalah pada faktor fisik ibu. Beberapa hal yang sering ditemui adalah keadaan puting susu ibu yang lecet, sehingga mengakibatkan yang nyeri atau bengkak. Asuhan keperawatan harus mengkaji penyebab tersebut sebagai dasar dalam penanganan. Penyebab masalah tersebut seringnya diakibatkan karena posisi menyusui dan cara-cara menyusui yang kurang tepat, sehingga perawat harus mampu memberikan edukasi kepada ibu dan keluaraga bagaimana cara yang benar dan tepat menyusui bayi agar tidak terjadi masalah kesehatan fisik tersebut. Sindrom ASI Kurang

Sindrom ASI kurang sering dipengaruhi oleh keadaan mental dan psikologis dari ibu. Secara biologis, selama ibu memenuhi nutrisinya dengan makanan yang sehat dan bergizi, serta diberikan rangsangan pada mulut bayi, maka ASI akan tetap diproduksi. Namun, pengaruh psikologis ibu berperan utama dalam produksi ASI tersebut. Disinilah asuhan keperawatan berperan dengan cara mengkaji masalah psikologis yang dialami oleh ibu bayi. Tujuannya adalah menghindarkan ibu menyusui dari emosi negatif dan memberikannya dukungan positif sehingga si ibu memperoleh kebahagiaan. Sembari melakukan observasi pada jumlah ASI yang diproduksi, perawat juga perlu memberikan edukasi pada suami untuk mendukung istrinya yang sedang menyusui. Hubungan dukungan suami dengan produksi ASI Eksklusif telah dibuktikan oleh banyak penelitian berkorelasi secara positif dan signifikan.

Seperti yang dapat dipahami, bahwa ibu menyusui sebagian besar terjadi pada usia produktif yang mana akan mempengaruhi pekerjaan ibu. Waktu dan tekanan bekerja dapat menjadi faktor penghambat utama dalam pemberian ASI Eksklusif. Asuhan keperawatan harus mampu membantu mengatasi ini dengan cara menjadwalkan program ASI Ekskusif bagi ibu yang bekerja. Perawat harus menjelaskan tata cara manajemen dan pemberian ASI perah dari ibu untuk diberikan kepada anak selama ibu bekerja. Perawat juga harus memberikan kesempatan interaksi tanya jawab dengan keluarga yang terlibat dalam pemberian program ASI Eksklusif.

Dalam kondisi-kondisi tertentu yang berkaitan dengan kondisi ibu maupun bayi yang menghambat pemberian ASI eksklusif, mungkin pada beberapa kasus diperlukan kolaborasi dengan pakar ASI agar hambatan dalam pemberian ASI eksklusif tersebut dapat diatasi. (foto ilustrasi : unair news)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *