Kita harus mencegatnya, menyetopnya sehingga stunting benar-benar bisa ditekan dan bila mungkin dihilangkan. Mencegat adalah menekan stunting bahkan sampai ke potensi-potensinya. Menghentikannya agar stunting tidak terwariskan pada generasi berikutnya dan terulang terjadi pada bayi-bayi baru di masa mendatang.
(oleh : Yeni Yuni Astuti, S.Sos., Penyuluh KB Sampung, Dinas PPKB Kabupaten Ponorogo)
Perubahan besar menuju Indonesia yang maju dan berprestasi gemilang ada di tangan pemuda. Generasi penerus yang akan menerima tongkat estafet pembangunan dan menjaga kedaulatan NKRI. Pemuda adalah harapan tentang sebuah keadaan yang lebih baik dan jauh lebih baik di masa mendatang.
Begitu besarnya harapan dan peran yang bisa dilakukan oleh pemuda, presiden pertama Republik Indonesia dan founding father bangsa ini pernah menyampaikan sebuah kalimat pembakar semangat para pemuda. Dalam sebuah pidato, Ir. Soekarno berkata,”Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.”
Lalu, pemuda seperti apakah yang akan mampu mengguncang dunia? Jawabannya tentu saja pemuda yang sehat, kuat, cerdas, dan berbagai sifat serta kondisi positif lainnya. Pemuda seperti itulah yang akan mampu berinovasi, berkreasi dan bersaing dengan pemuda lain dari berbagai negara di dunia. Bak benteng, pemuda haruslah menjadi pagar kekuatan tanpa celah kelemahan. Pemuda yang lahir dan tumbuh tanpa bayangan stunting di masa lalunya.
Satu kelemahan nyata yang saat ini masih menjadi PR penting dari bangsa ini adalah fakta tentang masih tingginya angka stunting. Sebuah kondisi lambatnya tumbuh kembang anak yang mungkin akan menjadikannya sebagai pemuda dengan daya saing yang lemah di masa depan.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2020 menyebutkan, angka stunting di Indonesia pada tahun 2019 masih berada pada posisi 27,67 persen. Angka ini turun dari posisi 37,8 persen yang terjadi pada 2013. Presiden Joko Widodo pun berupaya terus menekan angka stunting dan menargetkan stunting berada di angka 14 persen, atau di bawah tolerasi maksimal WHO yang sebesar 20 persen.
Berbagai cara dan upaya terus dilakukan pemerintah untuk mencegah terjadinya stunting ini. Mulai dari pemenuhan gizi, perbaikan pola asuh, dan perbaikan sanitasi dan akses air bersih.
Namun, mencegah mungkin belum cukup. Kita harus mencegatnya, menyetopnya sehingga stunting benar-benar bisa ditekan dan bila mungkin dihilangkan. Mencegat adalah menekan stunting bahkan sampai ke potensi-potensinya. Menghentikannya agar stunting tidak terwariskan pada generasi berikutnya dan terulang terjadi pada bayi-bayi baru di masa mendatang.
Dalam kacamata penulis, ada satu langkah utama yang bisa dilakukan dalam mencegat stunting ini. Langkah tersebut adalah melakukan sosialisasi stunting sejak dini. Yaitu kepada remaja, baik pria maupun wanita. Mereka adalah calon ayah dan ibu yang akan melahirkan bayi-bayi baru pada masanya nanti.
Memberikan berbagai pengetahuan tentang penyebab stunting sejak dini merupakan langkah agar ada sebuah perubahan perilaku yang membawa perubahah positif dalam upaya pencegahan stunting. Mulai dari pengetahuan pola hidup sehat, asupan gizi yang baik dan cukup, hingga penyiapan mental serta pengetahuan yang cukup tentang membangun rumah tangga yang baik dan sehat.
Pengetahuan tentang pola hidup sehat bertujuan menghasilkan manusia-manusia dengan tubuh yang sehat dan kuat sehingga mampu bertahan dalam kondisi apapun yang mungkin terjadi. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang menyerap berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan secara lebih baik.
Wawasan yang benar tentang asupan gizi yang baik dan cukup diharapkan membuat para remaja bisa memilih dan memilah makanan yang harus dikonsumsi dan tidak dikonsumsinya. Bukan berarti menjadi anak yang pemilih dalam hal makan di mana hanya makanan-makanan mewah dan lezat saja yang dikonsumsi. Akan tetapi para remaja akan mampu menghindarkan diri dari makanan yang tidak baik bagi tubuhnya. Misalnya makanan-makanan yang disebut junkfood, yang hanya akan menjadikan tubuhnya berpotensi terkena berbagai penyakit degeneratif dan penyakit berbahaya seperti kanker dan sebagainya.
Sejak akhir Januari lalu BKKBN, tempat penulis bernaung, menjadi lembaga yang mendapatkan amanah dari Presiden RI Joko Widodo menahkodai upaya penurunan angka stunting di Indonesia. Memang tidak mudah, namun semua harus berupaya keras untuk menurunkan angka stunting di bumi tercinta Indonesia.
Apa saja yang dilakukan BKKBN untuk menurunkan angka stunting? Salah satunya adalah penguatan poktan (kelompok kegiatan) di lini lapangan, yaitu Poktan BKB, BKR dan PIK Remaja. BKB atau Bina Keluarga Balita adalah wadah yang disediakan untuk keluarga yang mempunyai balita agar keluarga tersebut bisa belajar dan berlatih bagaimana memantau dan merangsang tumbuh kembang balitanya sesua dengan kelomok umur.
Dengan bergabung dalam wadah BKB diharapkan orang tua bisa intensif memantau waktu 730 hari dari 1000 hari pertama pengasuhan anak. Sehingga, jika ada kelainan, orang tua bisa mengetahui sejak dini dan melakukan pengobatan/terapi. Deteksi dini inilah yang diharapkan bisa mencegah kejadian stunting pada pada balita utamanya di 1000 Hari Kehidupan Pertama.
Poktan yang kedua adalah Bina Keluarga Remaja atau disingkat dengan BKR. BKR adalah wadah yang digunakan untuk menampung keluarga yang mempunyai remaja yang yang bertujuan untuk menambah pengetahuan dan cara memahami remaja. Termasuk di dalamnya mempelajari perubahan fisik, emosi, gizi yang dibutuhkan oleh remaja dan cara berkomunikasi dengan remaja.
Melalui wadah ini diharapkan orang tua bisa membantu anak remajanya untuk memenuhi gizi yang baik sehingga menjadi remaja, khususnya putri, yang siap hamil sehat. Berawal dari kehamilan yang sehat akan dilahirkan bayi-bayi sehat yang bebas stunting. Remaja-remaja inilah yang akhirnya diharapkan bisa menurunkan pengetahuan menjadi ibu sehat kepada calon-calon bayinya. Dengan kata lain remaja ini yang akan memutus rantai stunting di masa depan.
Poktan yang ketiga adalah PIK Remaja. Pusat Informasi dan Konseling Remaja adalah sebuah wadah untuk remaja agar mereka bisa mempersiapkan kehidupan berkeluarga. Kelompok kegiatan ini dikelola oleh dan untuk remaja. Layanan yang diberikan adalah pemberian informasi dan konseling tentang remaja, baik perubahan fisik, gizi yang dibutuhkan, life skill dan lain lain serta penyiapan kehidupan keluarga.
Dengan merencanakan kehidupan berkelurga sejak awal diharapkan, remaja bisa lebih siap menikah dan hamil. Diharapkan dari kesiapan ini bisa tercipta ibu sehat dengan kehamilan yang sehat juga dan tentunya bisa melahirkan bayi-bayi sehat yang terhindar dari stunting.
Tentu, dengan memiliki pemuda dan generasi penerus yang kuat secara fisik dan mental maka Indonesia akan mampu melesat menjadi negara yang maju. Maju dari sisi pembangunan, maju dari sisi pendidikan, maju dalam beragama, maju dari sisi ekonomi, dan maju di segala sisi kehidupannya. Indonesia dengan masa depan yang gemilang bukanlah sekadar angan dan bayangan tapi prestasi yang segera tersaji di depan mata.
Jadi, yuk cegat stunting untuk Indonesia gemilang.